Selamat Datang di Blog Kota Blora - Welcome to Blog Kota Blora

Kamis, 10 Desember 2015


SEJARAH BARONGAN BLORA

Kesenian Barongan atau lebih dikenal dengan kesenian singo barong merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Akan tetapi dari beberapa daerah yang ada di Jawa Tengah Kabupaten Blora lah yang secara kuantitas, keberadaannya lebih banyak bila dibandingkan dengan Kabupaten lainnya.
Adapun tokoh Singobarong dalam cerita barongan disebut juga GEMBONG AMIJOYO yang berarti harimau besar yang berkuasa.
Kesenian Barongan berbentuk tarian kelompok, yang menirukan keperkasaan gerak seekor Singa Raksasa. Peranan Singo Barong secara totalitas didalam penyajian merupakan tokoh yang sangat dominan, disamping ada beberapa tokoh yang tidak dapat dipisahkan yaitu : Bujangganong / Pujonggo Anom Joko Lodro / Gendruwo Pasukan berkuda / reog Noyontoko Untub.
Selain tokoh tersebut diatas pementasan kesenian barongan juga dilengkapi beberapa perlengkapan yang berfungsi sebagai instrumen musik antara lain : Kendang,Gedhuk, Bonang, Saron, Demung dan Kempul. Seiring dengan perkembangan jaman ada beberapa penambahan instrumen modern yaitu berupa Drum, Terompet, Kendang besar dan Keyboards. Adakalanya dalam beberapa pementasan sering dipadukan dengan kesenian campur sari.
Kesenian barongan bersumber dari hikayat Panji, yaitu suatu cerita yang diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji Asmarabangun / Pujonggo Anom dan Singo Barong.
Adapun secara singkat dapat diceritakan sebagai berikut :
Prabu Klana Sawandana dari Kabupaten Bantarangin jatuh cinta kepada Dewi Sekartaji putri dari Raja Kediri, maka diperintahlah Patih Bujangganong / Pujonggo Anom untuk meminangnya. Keberangkatannya disertai 144 prajurit berkuda yang dipimpin oleh empat orang perwira diantaranya : Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda Panyisih dan Kuda sangsangan. Sampai di hutan Wengkar rombongan Prajurit Bantarangin dihadang oleh Singo Barong sebagai penjelmaan dari Adipati Gembong Amijoyo yang ditugasi menjaga keamanan di perbatasan. Terjadilah perselisihan yang memuncak menjadi peperangan yang sengit. Semua Prajurit dari Bantarangin dapat ditaklukkan oleh Singo Barong, akan tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan melapor kepada Sang Adipati Klana Sawandana. Pada saat itu juga ada dua orang Puno Kawan Raden Panji Asmara Bangun dari Jenggala bernama Lurah Noyontoko dan Untub juga mempunyai tujuan yang sama yaitu diutus R. Panji untuk melamar Dewi Sekar Taji. Namun setelah sampai dihutan Wengker, Noyontoko dan Untub mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang melarang keduanya utuk melanjutkan perjalanan, namun keduanya saling ngotot sehingga terjadilah peperangan. Namun Noyontoko dan Untub merasa kewalahan sehingga mendatangkan saudara sepeguruannya yaitu Joko Lodro dari Kedung Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukkan dan dibunuh. Akan tetapi Singo Barong memiliki kesaktian. Meskipun sudah mati asal disumbari ia dapat hidup kembali. Peristiwa ini kemudian dilaporkan ke R. Panji, kemudian berangkatlah R. Panji dengan rasa marah ingin menghadapi Singo Barong. Pada saat yang hampir bersamaan Adipati Klana Sawendono juga menerima laporan dari Bujangganong ( Pujang Anom ) yang dikalahkan oleh Singo Barong. Dengan rasa amarah Adipati Klana Sawendada mencabut pusaka andalannya, yaitu berupa Pecut Samandiman dan berangkat menuju hutan Wengker untuk membunuh Singo Barong. Setelah sampai di Hutan Wengker dan ketemu dengan Singo Barong, maka tak terhindarkan pertempuran yang sengit antara Adipati Klana Sawendana melawan Singo Barong. Dengan senjata andalannya Adipati Klana Sawendana dapat menaklukkan Singo Barong dengan senjata andalannya yang berupa Pecut Samandiman. Singo Barong kena Pecut Samandiman menjadi lumpuh tak berdaya.
Akan tetapi berkat kesaktian Adipati Klana Sawendana kekuatan Singo Barong dapat dipulihkan kembali, dengan syarat Singo Barong mau mengantarkan ke Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji. Setelah sampai di alun-alun Kediri pasukan tersebut bertemu dengan rombongan Raden Panji yang juga bermaksud untuk meminang Dewi Sekartaji. Perselisihanpun tak terhindarkan, akhirnya terjadilah perang tanding antara Raden Panji dengan Adipati Klana Sawendano, yang akhirnya dimenangkan oleh Raden Panji. Adipati Klana Sawendana berhasil dibunuh sedangkan Singo Barong yang bermaksud membela Adipati Klana Sawendana dikutuk oleh Raden Panji dan tidak dapat berubah wujud lagi menjadi manusia ( Gembong Amijoyo ) lagi. Akhrnya Singo Barong Takhluk dan mengabdikan diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit berkuda dan Bujangganong dari Kerajaan Bantarangin.
Kemudian rombongan yang dipimpin Raden Panji melanjutkan perjalanan guna melamar Dewi Sekartaji. Suasana arak-arakan yang dipimpin oleh Singo Barong dan Bujangganong inilah yang menjadi latar belakang keberadaan kesenian Barongan.

Festival Barongan Nusantara 
BLORA. Malam puncak Festival Barong Nusantara 2014 yang digelar Pemkab Blora melalui Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) berlangsung meriah Sabtu malam (1/11) di Alun-alun Kota Blora.

Setelah pagi hingga siang digelar Parade Barongan se Kabupaten Blora. Malam harinya giliran pentas aneka ragam barong dari berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Akibatnya ribuan penonton malam itu memadati kawasan Alun-alun Blora. Mereka rela berjubel mendekati panggung yang ada tepat di depan Gapura Pendopo Kabupaten.

Tampil pada malam itu seni barong dari ISI Surakarta, seni barong dari Kabupaten Kendal, seni barong dari Kabupaten Kediri Jawa Timur, seni barong dari Bali, seni barong dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) serta pertunjukan konser gamelan oleh mahasiswa asing yang sedang belajar kebudayaan di Indonesia.

Acara dibuka dengan pentas seni barongan Blora yang dimainkan pemuda-pemudi Paguyuban Seni Barong Risang Guntur Seto. Setelah itu dilanjutkan Tari Topeng Blora dirangkaikan dengan penyerahan hadiah kepada pemenang parade barongan yang telah digelar pagi hingga siang harinya. Kemudian berurutan peserta festival tampil memukau di hadapan ribuan warga.

ISI Surakarta menampilkan barongan dengan cerita Murwakala dengan tokoh utama gendruwonan Jaka Lodra dan empat kepala barong. Kabupaten Kendal menampilkan seni barongan dari Kecamatan Pegandon dengan dua sosok barong yang besar. Sedangkan Kabupaten Kediri tampil dengan reyog kediren yang disambut antusias tepuk tangan penonton.

Dan yang paling ditunggu adalah pentas seni barong Bali. Dengan diiringi musik khas gamelan Bali, malam itu Blora serasa jadi Pulau Dewata. Barong Bali yang unik dan bentuk detail yang khas ini menjadi hiburan baru bagi warga Blora, sebab belum pernah ada pentas Barong Bali di Kabupaten Blora.




Tokoh Joko Lodra dalam pementasan Barongan Blora.

Tiga Barongan Blora dipentaskan oleh mahasiswa ISI Surakarta.

Pentas Seni Barong dari Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal.

Pentas Seni Barong "Reyog Kedhiren" dari Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Penampilan Barong Bali semalam dalam Festival Barong Nusantara 2014 di Alun-alun Blora.

Tim kesenian barongan dari Universitas Negeri Semarang (UNNES).
“Kegiatan festival ini sangat baik untuk memajukan seni budaya yang ada, dan mengenalkan barongan kepada masyarakat,” ujar Bupati Blora Djoko Nugroho. 
Menurutnya, hal itu bisa terlihat dari antusiasme masyarakat yang menyaksikan barongan mulai dari parade barongan Sabtu pagi tadi hingga pada malam puncak dengan menyaksikan atraksi barong dari kabupaten lain yang baru pertama kali diadakan di Blora ini.
“Saya berharap setelah kegiatan ini, barongan blora bisa lebih dikenal dan ikut ambil bagian dalam event seni baik daerah ataupun nasional. Sehingga masyarakat akan semakin bangga pada kesenian Blora,” tegasnya.

Selain Bupati dan Muspida Blora. Hadir pula dalam acara tersebut para kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Tengah serta perwakilan daerah yang tergabung dalam kerjasama Pakudjembara (Pati Kudus Demak Jepara, Rembang Blora), Grobogan, Bojonegoro dan Tuban.

Namun dari semua kemeriahan pentas barongan tersebut, banyak warga yang kecewa. Kekecewaan itu muncul karena tidak semua warga bisa menonton sajian atraksi seni budaya tersebut dengan jelas. Banyak penonton yang berjubel maju ke depan panggung membuat pandangan penonton di belakang terhalangi.

Kemacetan lalu-lintas di sekitar Alun-alun Blora pun terjadi. Banyaknya penonton rupanya kurang diantisipasi pihak panitia. Hal ini nampak karena minimnya layar yang digunakan untuk menayangkan acara. Banyak penonton juga yang mengeluhkan tata panggung yang kurang tinggi sehingga dari kejauhan banyak yang tidak bisa menonton dan akhirnya memutuskan untuk pulang. 

Sumber : www.infoblora.com

Related Posts:

  • Sejarah Kota Blora Kabupaten Blora adalah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalahBlora, sekitar 127 km sebelah timur Semarang. Berada di bagian timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora berbatasan la… Read More
  • Sejarah Barongan Blora SEJARAH BARONGAN BLORA Kesenian Barongan atau lebih dikenal dengan kesenian singo barong merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Akan tetapi dari beberapa daerah yang ada di Jawa Tengah Kabupaten Blora lah yang secara k… Read More
  • Samin Surosentiko SAMIN SUROSENTIKO DAN AJARANNYA Samin Surosentiko lahir pada tahun 1859, di Desa Ploso Kedhiren, Randublatung Kabupaten Blora. Ayahnya bernama Raden Surowijaya ata… Read More

0 komentar:

Posting Komentar

My Friends

Diberdayakan oleh Blogger.

Mendaftar

Nama

Email *

Pesan *

Translate

Sendang Banyu Biru

Bagaimana menurut Anda tentang Blog Kota Blora ini ?